Posts

SUSAH BANGUN Sahur?

Image
Baru hari ke lima puasa, di luar anak-anak abegeh masih semangat bangunin sahur. Ada yang dengan nyanyian indah nan merdu, ada juga yang segala alat tatalu yang super barbar, mulai dari kentongan, ember, tutup panci, sampai tiang listrik jadi instrument subuh di beberapa tempat. ⁣⁣⁣ ⁣⁣⁣ Seru memang, tapi kadang ini hanya berlangsung di awal puasa saja, mungkin lama-lama jadi senyap dan kita hanya mengandalkan panggilan dari toa masjid saja.⁣⁣⁣⁣⁣ ⁣⁣⁣⁣⁣ Untuk yang punya masalah bangun sahur, terutama buat yang jomblo:⁣⁣⁣⁣⁣ ⁣⁣⁣⁣⁣ GUNAKAN GADGET DAN SEMUA KEMAMPUAN KAMU, SEMANGAT!!!!⁣⁣⁣⁣⁣ ⁣⁣⁣⁣⁣ 1. Niat dulu dong mau puasa esok hari, jd inget buat bangun sahur lebih awal.⁣⁣⁣⁣⁣ ⁣⁣⁣⁣⁣ 2. Kurangi makanan dengan kadar gula tinggi, lemak, dan kafein pada saat buka puasa.⁣⁣⁣⁣⁣ ⁣⁣⁣⁣⁣ 3. Jangan begadang, sekalipun bada shalat tarawih adalah waktu yang enak buat nonton serial drakor atau main gim sampai subuh.⁣⁣⁣⁣⁣ ⁣⁣⁣⁣⁣ 4. Pasang alarm, kalo perlu pakai suara teriakan emak yang lagi marah karen

CERNAK: TARAWIH Vs PETASAN

Image
Hari ini Hamiz kembali sukses menyelesaikan puasa hari ke duanya. Ia tidak mengeluh lapar atau haus, ia menjalani puasa dengan gembira. Namun Hamiz kapok dengan kejadian kemarin, ia tidak bisa ikut tarawih berjamaah di masjid karena kekenyangan. Hari ini ia berbuka dengan lebih tenang dan santai, ia makan secukupnya. “Ayah, boleh aku pergi duluan ke masjid?” “Boleh, hati-hati ya!” Ayah berpesan pada Hamiz, dan tidak lupa untuk merapikan sarung dan pecinya. Di luar rumah, beberapa teman Hamiz sudah menunggu. Mereka segera berlari ke arah masjid setelah Hamiz bergabung. Malam ini cerah, langit penuh bintang, banyak anak-anak berlarian di halaman masjid. Beberapa penjual makanan pun ada, kegembiraan terasa di sekitar lingkungan masjid. Tiba saat Adzan isya berkumandang, anak-anak segera berlari untuk berwudu, dalam sekejap halaman masjid menjadi sepi, semua berada di dalam, melaksanakan shalat isya dan tarawih berjamaah.   Di masjid ini biasa ada kultum di antara waktu shalat isya dan

CERNAK, SEMANGKUK ES BUAH UNTUK HAMIZ

Image
  Ini adalah hari pertama di bulan Ramadan 1441 Hijriyah. Berbeda dengan Teteh Adel yang sudah duduk di kelas tiga, ini adalah pertama kalinya Hamiz berpuasa bersama keluarga. Hamiz sangat senang sekali, walau dirinya masih duduk di TK A, ia bertekad untuk bisa menyelesaikan puasanya selama 1 bulan. Walau dalam keadaan masih mengantuk, Hamiz ikut makan sahur. “Nguuuuuung….!” Tiba-tiba Hamiz mendengar suara keras yang berasal dari luar. “Sudah imsak, Hamis dan Teh Adel sudah selesai kan makannya?” tanya ibu. “Sudah,   tapi aku masih ingin minum,” jawab Hamiz “Ayo, lekas minum dan bantu Teteh bereskan meja ya,” pinta Adel. Segera   Hamiz minum   dan membawa peralatan makannya ke dapur. Ayah meminta Teh Adel dan Hamiz untuk bersiap-siap shalat subuh. Mreka shalat berjamaah di rumah. Tadinya ayah akan mengajak Hamiz berjamaah di masjid, namun di luar hujan, jadi mereka berjamaah shalat subuh di rumah. “Hamiz!!!” terdengar suara Andri dan Lilo di halaman. “Main, yu! Seperti hari li

CERNAK: Pohon Jengkol di Kampung Jerman (Bagian 3)

Image
Senin pagi, seperti biasa semua anak Kampung Jerman bersiap ke sekolah. Berangkat ke sekolah adalah hal yang menyenangkan untuk mereka. Berjalan bersama sambil bercanda. Pohon jengkol biasa menjadi titik kumpul, begitu pula hari ini. “Hai mau coba singkong goreng ini? Ayahku yang buat.” Zahira menawarkan bekal sarapannya pada Anin dan Farhan ketika mereka berjalan menuju pohon Jengkol. “Boleh, tapi nanti saja sambil duduk di bawah pohon, biar tidak jatuh.” Jawab Anin. “Iya, kita kan tidak boleh makan sambil berdiri.” Sesampainya di pohon jengkol, Zahira, Anin dan Farhan melihat beberapa anak sudah berada di sana. Mereka berdiri dan mondar-mandir kesana kemari, seperti ada yang mereka lihat di tanah. “Siapa sih ini, berani-beraninya membuang rongsokan kemari. Ada ember bolong, panci bekas, sampah, kardus, botol-botol plastik." Fadla bertolak pinggang, ia tampak kesal dan menyingkirkan beberapa barang dengan kakinya, Farhan membantu menurunkan tumpukan kardus bekas dari bangku kayu

Nutrition Goes To School

Image
Cekidot, jangan lupa di Like and Subscribe, Ya, Gaes! :)  https://youtu.be/8sAOVfrQ6iY 

Cernak : POHON JENGKOL (Bagian 2)

Image
“Faira, turun!” teriak Mozza. Mendengar suara temannya, Faira turun perlahan. Faira adalah satu-satunya anak perempuan yang sangat suka mengamati keadaan sekitarnya dari atas pohon jengkol. Itu pula yang baru saja ia lakukan. Dulu dengan mudah mereka dapat melihat lalu-lalang kendaraan di jalan raya, tapi sekarang di hadapan mereka berdiri sebuah tembok yang tinggi. Dinding gedung perkantoran yang berdiri di atas tanah lapang tempat bermain mereka dulu. Kampung Jerman ini tidak begitu luas, hanya satu RW yang terdiri dari tiga RT. Kebanyakan penduduknya bekerja sebagai petani, dan sebagian lagi adalah buruh pabrik sepatu untuk di eksport ke luar negeri. Dulu hamparan sawah disekeliling kampung sangat indah dilihat, dan udara di kampung inipun masih sangat segar. Namun sekarang lahan yang biasa ditanami penduduk, hanya hamparan tanah kering dan semak belukar. Sejak jembatan dan saluran air rubuh, tanah sawah ini tidak lagi mendapat pengairan. Hanya beberapa penduduk saja yang masih mau

Cernak: POHON JENGKOL (Bagian 1)

Image
“Hey, ngapain kalian disitu?” “Shuut, jangan ribut, sini!” Uya menarik lengan Faira, adiknya, untuk ikut berjongkok dengan beberapa anak lain di balik tumpukan pasir bangunan. Tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang anak laki-laki, “LARIIII…!” diikuti dengan lesatan tubuhnya melalui tumpukan pasir itu. “Cepat, lari, mandornya datang…!” “Empi, tunggu!” Uya berteriak memanggil Empi dan berlari di belakangnya diikuti tiga anak lainnya. Sementara Faira masih berdiri terpaku dengan kejadian yang ada di hadapannya. “De, ayo lari!” teriak Uya pada adiknya. Faira melihat seorang berpakaian mandor proyek, berlari ke arahnya. Masih dalam kebingungannya Faira berlari mengikuti yang lain. Seperti biasa, Faira bisa menglahkan anak lainnya dalam berlari. Ia menyusul Uya. Pak mandor semakin dekat, tanpa banyak berfikir Faira melompat dan memanjat pohon jengkol disamping sebuah rumah kosong yang ia lalui, “Uya, ayo naik!” Karena badannya yang tambun, Uya tidak bisa menyusul untuk memanjat pohon jen