Emak Selalu Benar


Sudah seminggu Emak disibukan dengan berbagai macam printilan-printilan yang harusnya bisa diselesaikan oleh rekan-rekannya. 

“Mak, anak-anak mau pada naik truk di depan sekolah!”

“Tanyain, truknya mau kemana?”

“Emak...??” Miss Ratih bengong mendengar jawaban Emak.

“Eh, maksudnya lapor satpam dong, larang, usir anak-anaknya, suruh pulang masa”

Emak kembali ke mejanya dan menyantap makan siangnya yang sempat tertunda beberapa jam setelah menerima beberapa orangtua siswa yang bermasalah. Emak memang wonder woman, dia mengajar  Bahasa Inggris, tapi ia mahir membuat kerajinan tangan, ia bisa menari, menyanyi, bahkan ngejar preman yang malak siswanya pun, Emak mampu.

Emak bisa menyelesaikan tugas dengan cepat, dan ia bisa menangani beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Hanya saja, setelahnya pasti saja gejala pikun akut melanda.

“Iqbal, mau pulang sekarang?” Emak bertanya pada seorang guru baru yang sudah pasti ga mungkin melawan keinginannya. “Mak nebeng ya, kan searah rumah kita.”

“Iya, Ma, tapi kan.... “

“Sudah, tar bensin Mak isiin deh, FULL TANK!”

“Bukan, Mak, maksudnya bukan itu.” Iqbal benar-benar tidak bisa menolak permintaan guru favorit di sekolah ini. dan berangkatlah mereka.

Sekitar 100 meter berlalu tiba-tiba, “Eh... Stop... Stop Bl, balik lagi...”

“Ada apa, Mak?”

“Udah, ayo balik lagi.” Akhirnya Iqbql berputar arah, dan sampailah mereka di depan pos satpam.

“Pak, Pak Satpam...” Emak berteriak dengan suara yang melengking, “tolong ambilkan kacamata saya di atas meja ya, ketinggalan.”

“Maaf, Bu, itu kacamatanya lagi dipake.” Pak Satpam sebenarnya ingin tertawa, tapi ia tahan.

“Ya ampun, Iqbal, kenapa kamu ga bilang ini kacamata udah Emak pake?” Emak menyalahkan Iqbal

“Lah, Iqbal kan ga tau tadi Emak minta balik lagi karena apa.”

“Oh iya, ya... Ah dasar! Untung kamu kacamata, kalo ular, abis idungku dicaplok.” Ema membuka kacamata dan memakinya seolah kacamata itu akan mengerti.

Emak meminta Iqbal kembali melanjutkan perjalanan pulangnya. Emak sebenarnya orang yang sangat seru, semua siswa di sekolah menyayanginya. Ia pun sangat memperhatikan kondisi siswanya secara detail

Iqbal akhirnya berhenti di depan rumak Emak, dan ia langsung pamit pulang. Emak memasuki halaman dengan terheran-heran. Ia tidak melihat motornya terparkir di halaman, dan akhirnya ia bertanya pada Mimin asisten rumah tangga yang sudah bekerja selama tiga generasi di keluarga besar Emak.

“Min, Bapak sudah pulang?”

“Belum, Bu.”

“Terus motor saya siapa yang pakai? Apa di pinjem tetangga sebelah lagi?”

“Ya ampuuun, Ibu lupa ya? Tadi pagi kan ibu berangkat pakai motor, itu helmnya aja masih di pakai.”

Ema meraba kepalanya, melepaskan helm kemudian memberikannya pada Mimin.

“Ah, dasar ya si Iqbal, ngerjain orang tua. Sudah tahu aku bawa motor sendiri, kenapa dia mau antar aku pulang? Ah, dasar anak jaman sekarang.”

Mimin yang sudah tidak heran lagi dengan keadaan Emak langsung menelpon satpam sekolah, memintanya untuk mengantarkan motor Emak. Pak Satpam memiliki kunci cadangan motor Emak sebagai antisipasi, karena ini bukan pertama kali terjadi.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

LEGENDA, Asal Usul Telaga Warna