BLOG TOUR & GIVE AWAY, Birama Rona Budaya
Baca buku ini, berasa kita keliling hampir separuhnya Indonesia π dan merasakan konflik yang terjadi di masyarakat dari berbagai daerah. Bukannya lebay, tapi emang berasa banget keaneka ragaman budaya Indonesia dalam semua cerita di buku ini. Cerita-cerita yang dibawakan dengan sangat luwes ini mampu membawa kita serasa berada di dalamnya saat membaca tiap chapternya.
Ditulis oleh alumni Ramadan Writing Challenge 2018 dari komunitas One Day One Post bersama penerbit Embrio, buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dimiliki. Berisi 17 cerpen berlatar berbagai kebudayaan Indonesia, yang di tulis oleh 17 penulis yang piawai bermain kata, memmbuat buku ini terasa ‘renyah’ dan layak dibaca semua kalangan.
HAI...! Ada buku yang akan kita bagi sebagai GIVE AWAY nih, Free cuma buat kamu. Biar lebih yakin kenapa kamu wajib memiliki ini buku, simak deh potongan cerita berikut ini, dan syarat untuk bisa memenangkan give away ini ada di akhir postingan.
BIRAMA RONA BUDAYA
Penulis : Alumni RWC, One Day One Post
Penyunting : Lutfi Yulianto
Penyelaras Akhir : Heru Sang Amurwabhumi
Tata Letak : Silvia Rahmawati
Desain Sampul : Embrio Publisher
Diterbitkan oleh : Embrio Publisher
Dimensi Buku : 178 hlm, 13 x 20,5 cm
Cetakan, Tahun Terbit : 1, Oktober 2018
Perlahan Roziq membuka matanya. “Mimpikah aku?” Ia bertanya dalam hati. Masih terngiang di telinganya suara-suara gergaji yang memotong bilah-bilah bambu besar seukuran paha orang dewasa. Suara bacokan golok yang mencincang kulit bambu.
Mungkin jika bercermin, saat itu aku bisa melihat senyumku menyeringai seperti ular besar dalam cerita Jungle Book. Aku takut ada orang yang akan melihatku membuka kertas itu. Kuambil gulungan kertas itu kemudian berjongkok untuk membukanya di kolong meja kerja. (Birama Nada Bambu - Ajie A. Mahendra )
***
Bersama menguapnya permukaan laut, harapan ini pun perlahan menguap. Menuju hati yang merealisasikan harapan-harapan manusia. Aku benar-benar patah harapan kali ini. Dari sekian banyak peluang bahagia tahun ini, kok bisa ini yang terjadi.
Aku tahu aku menghadapi dua arah yang sama-sama punya jurang. Dua jurang. Dua-duanya bisa bikin mati. Tuhan … pilihkan arah yang harus kutuju. Jika jurang itu arah tujuanku, setidaknya buatlah jurangnya dangkal agar diri ini tetap selamat. ( CERITA ANA LOKA DARI PESISIR - LISA PINGGE )
***
Di desaku, hidup sebagai seorang pengangguran adalah hal yang biasa. Hanya ada tiga pilihan bagi remaja di sini. Pilihan pertama adalah menjadi kuli di desa. Kedua, menikah usia muda. Jika tak mampu memilih keduanya, maka harus memilih yang ketiga; menganggur saja.
Aku tak sampai hati jika nantinya aku meninggalkan rumah, keluargaku yang akan menjadi sasaran omongan mereka. Ibuku saja, hanya karena merantau ke Arab Saudi, dituduh menelantarkan nenek di rumah. Mereka bilang, Ibu lari dari tanggung jawab karena pernah terlilit utang. Aku yang kala itu masih belum mengerti apa-apa pun bertanya-tanya sendiri. Benarkah Ibu setega itu? ( DILEMA REMAJA DESA - Lutfi Yulianto )
***
“Kamu punya pacar?” tanya Mimi pada Lisa.
“Ada, lima orang malah.” jawab Lisa tersenyum.
“What! Lima? Gue aja ga satu pun, Sa!” Mimi terkaget dengan jawaban Lisa, dan tidak tampak raut berbeda di wajah Lisa, seolah memiliki pacar lima itu adalah hal yang biasa. ( CULIK APA LARI, YA? - Mutia Rachmat )
***
Aku mengucap bismillah berkali-kali untuk mengetuk pintu. Rumah yang sama beberapa tahun yang lalu. rumah yang memberikan berjuta kenangan. Yang berbeda hanyalah satu mobil terparkirdi depannya. Mungkin kehidupannyasudah lebih baik.
“Monggo, bade ngucali sinten nggih?”1tanya gadis cantik di depan pintu dengan sopan. Matanya menatapku ragu dan bingung. Hatiku berdegup jauh lebih kencang melihatnya. Mungkinkah gadis ini adalah… ( BERMULA DARI JARO - Naila Zulfa )
***
“Nduk, mengko sore, iki diterke ning sedulur-sedulur yo nduk” Jika diterjemahkan memiliki arti: sore nanti aku diminta Ibuku untuk mengantarkan bungkusan-bungkusan ini ke beberapa kerabat.
Sedikit informasi, bisa dibilang, keluarga dari suamiku ini memiliki kebiasaan untuk membeli rumah dengan lokasi yang berdekatan. Sehingga bisa dipastikan dalam satu kampung itu adalah saudara. Entah itu saudara dekat dari satu jalur kakek, atau jalur kakek buyut atau atasnya. Unik bukan? Kukira kebiasaan ini hanya bisa ada di Yogyakarta saja. (TAK TAHU NAMANYA - Listkanisa R. Mega )
***
Hingga aku kembali teringat pada gadis yang membuat diri ini penasaran. Perlahan aku mulai berpaling dari keramaian dan mencoba untuk menemukan sosok gadis penari itu. Tapi nyatanya pencarian itu tak menuai hasil. Karena tak kunjung kujumpai dan memang sepertinya mustahil di kerumunan orang banyak itu aku bisa menjumpai gadis tersebut. Akhirnya, aku mulai menghampiri kamera yang kuletakkan di sebuah saung dekat air terjun untuk melihat kembali raut wajah yang ingin kutemui itu. (PERTEMUAN SATU SURO - Elok Muhibbatul Farida )
***
Kemarin-kemarin, aku pernah meledek bahkan bertekad tidak ingin menikah dengan pemuda dari kampung ini, karena aku terlanjur skeptis dengan beragam adat baralek yang semakin komplek jika pasangan pengantin berasal dari kampung yang sama. Semua peraturan adat diberlakukan jika menikah dengan orang sekampung, beda halnya jika menikah dengan orang kampung lain. (BARALEK BARAYO - Zyl Furqani )
... daaaan masih banyak kisah lainnya ... biar seru, mending baca langsung bukunya.
A LETTER FROM THE WISDOM - Sulistia Wargi
TRADISI MARANTAU DI RANAH MINANG - Purple Rose
BARI'AN - Reni Noer
PESTA LOMBAN - Abdul Fatah
TAK MAU, TETAPI HARUS - Astika Rosita Afriliana
MENANG LOMBA MACAPAT- Apri Kuncoro
BUKAN SULAP BUKAN SIHIR - Iis Khairiyah
FILOSOFI DAUN JATI - N. Purwanti
BUDAYA PELAJAR - M. Rafiyudin
Nah sekarag saatnya berbagi, ikuti syarat dan ketentuan Blog Tour dan Give Away di bawah ini.
- Berdomisili atau alamat pengiriman di Indonesia;
- Like fanspage One Day One Post dan follow instagram di @komunitas.odop;
- Like fanspage Penerbit Embrio dan follow instagram di @penerbitembrio
- Follow blog ini (www.vit4fit.blogspot.com);
- Follow instagram @ivieth_mutia;
- Share postingan ini ke akun media sosial kalian, seperti Facebook, instagram maupun twitter dan beri hastag #blogtourgiveawaybiramaronabudaya;
- Jawab pertanyaan ini :
- Tulis dalam beberapa kalimat singkat dan posting di kolom komentar postingan blog tour dan give away ini;
8. Sertakan nama, alamat email yang bisa dihubungi serta cantumkan akun media sosial kalian seperti Facebook, instagram dan twitter.
BLOG TOUR DAN GIVEAWAY INI BERLAKU DARI 3 – 8 NOVEMBER 2018.
Ini teh buku yang kemarin saya pesen?
ReplyDeleteBetul
DeleteAyo tulis kalimat singkat dr pertanyaan d atas, buat dpt buku gratisnya... π
DeleteTradisi di daerah saya adalah, ketika ada orang meninggal, kami selalu yasinan sampai 7 hari. Mungkin tidak terlalu unik, sih. Hampir kebanyakan daerah ada. Namun yang unik adalah, jika ada yang tidak ikut yasinan, akan sembunyi di tempat yg aman. Mungkin di rumah, lalu dikunci. Tujuannya supaya tidak malu. Sebab, kami sangat menjunjung tinggi nilai sosial
ReplyDeleteHihi.... sembunyi ya... itu mungkin uniknya ya... karena tdk semua daerah seperti itu, meski sama menyelenggarakan tahlilan...
Deleteterima kasih π
Tradisi atau kebiasaan unik di daerah saya (dago) adalah tidak boleh menyebutkan kata "lada", itu adalah pantangan. Kata "lada" adalah bahasa sunda yang kalau di ke bahasa Indonesiakan artinya "pedas". Kenapa kami orang dago tidak boleh menyebutkan kata ini, karena dulu berhubungan dengan mitos di daerah kami. Konon ada seorang pangeran yang tidak jadi menikah dengan pujaannya setelah mengetahui pujaannya itu adalah siluman, siluman itu marah dan akhirnya mengutuk semua orang yang ada di daerah dago. "Barangsiapa yang menyebutkan kata"lada" akan saya takut-takuti, akan saya rasuki, akan saya kutuk." Begitulah ucapan dari wanita siluman itu. Ternyata "lada" adalah nama sang pangeran. Percaya tidak percaya, kami melakukan kebiasaan itu sampai sekarang. Untuk mengganti kata"lada", kami memakai "haneut". Lucunya pas beli baso, "mang beli baso tapi ga pake "haneut", eeh si mamang nya ketawa dan malah ngomong " ya iya neng, ini baso hangat,malahan panas kan pake air mendidih"..ternyata dia orang jawa, dia taunya arti haneut adalah makanan yang hangat ... hehe
ReplyDeleteTradisi atau kebiasaan unik di daerah saya (dago) adalah tidak boleh menyebutkan kata "lada", itu adalah pantangan. Kata "lada" adalah bahasa sunda yang kalau di ke bahasa Indonesiakan artinya "pedas". Kenapa kami orang dago tidak boleh menyebutkan kata ini, karena dulu berhubungan dengan mitos di daerah kami. Konon ada seorang pangeran yang tidak jadi menikah dengan pujaannya setelah mengetahui pujaannya itu adalah siluman, siluman itu marah dan akhirnya mengutuk semua orang yang ada di daerah dago. "Barangsiapa yang menyebutkan kata"lada" akan saya takut-takuti, akan saya rasuki, akan saya kutuk." Begitulah ucapan dari wanita siluman itu. Ternyata "lada" adalah nama sang pangeran. Percaya tidak percaya, kami melakukan kebiasaan itu sampai sekarang. Untuk mengganti kata"lada", kami memakai "haneut". Lucunya pas beli baso, "mang beli baso tapi ga pake "haneut", eeh si mamang nya ketawa dan malah ngomong " ya iya neng, ini baso hangat,malahan panas kan pake air mendidih"..ternyata dia orang jawa, dia taunya arti haneut adalah makanan yang hangat ... hehe
ReplyDeleteBu ipit... Di daerah say ga ada yg unik, semua sepertinya biasa2 saja dan berlaku umum... Tapi diaitulah keunikannya, biaa tetap bertahan pada sesuatu yg biasa... Wkwkwkw
ReplyDelete#maksababaningkuhoyongkengingbuku.. πππ
Hihi.... nah ini uniknya orang Indonesia π π
DeleteTradisi atau kebiasaan unik di daerah saya (dago) adalah tidak boleh menyebutkan kata "lada", itu adalah pantangan. Kata "lada" adalah bahasa sunda yang kalau di ke bahasa Indonesiakan artinya "pedas". Kenapa kami orang dago tidak boleh menyebutkan kata ini, karena dulu berhubungan dengan mitos di daerah kami. Konon ada seorang pangeran yang tidak jadi menikah dengan pujaannya setelah mengetahui pujaannya itu adalah siluman, siluman itu marah dan akhirnya mengutuk semua orang yang ada di daerah dago. "Barangsiapa yang menyebutkan kata"lada" akan saya takut-takuti, akan saya rasuki, akan saya kutuk." Begitulah ucapan dari wanita siluman itu. Ternyata "lada" adalah nama sang pangeran. Percaya tidak percaya, kami melakukan kebiasaan itu sampai sekarang. Untuk mengganti kata"lada", kami memakai "haneut". Lucunya pas beli baso, "mang beli baso tapi ga pake "haneut", eeh si mamang nya ketawa dan malah ngomong " ya iya neng, ini baso hangat,malahan panas kan pake air mendidih"..ternyata dia orang jawa, dia taunya arti haneut adalah makanan yang hangat ... hehe
ReplyDeleteMaafkan ke share 3xπ
metijuliati80@gmail
Fb Meti Juliati
Line/WA 085860055880
IG meti_juliati
Hihi... terima kasih teh Meti... saya barubtau tuh di Dago ga boleh bilang Lada... susah juga ya kalo mau beli baso atw seblak... "Mang sing Haneut..."
DeleteGa seru kan makan seblak cuma hangat doang π
Di Kalimantan Barat ada banyak tradisi atau kebiasaan unik yang sampai saat ini terus dilakukan. Salah satunya adalah 'Robo-robo', yaitu upacara tolak bala yang dilaksanakan pada hari rabu (asal mula nama tradisi ini disebut Robo-robo karena dilaksanakan pada hari rabu) tepatnya di minggu terakhir bulan safar. Biasanya, masyarakat setempat akan menyiapkan makanan untuk dimakan bersama keluarga di luar rumah, seperti di halaman atau di teras rumah.
ReplyDeleteNa
Adriana2008rina35@gmail.com
Fb. Adriana (Na Faza)
IG. Na Faza
Hi, mba Rina...
DeleteBerarti "robo" itu artinya hari Rabu, begitukah?
Itu kebiasaan makan bersama di luar rumah sepertinya seru ya, mepererat silaturahmi, bentuk rasa syukur dan ada unsur saling berbagiπ.
Di tanah Sunda pun kami punya tradisi "Rebo Wakasan" mungkin tujuannya sama dengan "Robo-Robo", waktunya pun sama, hanya saja disini tidak semua orang melaksanakan, dan lebih pada pemberian sedekah oleh orang yang lahir di hari rabu atau oleh keluarga yang didalamnya punya anggota yg lahir di hari rabu.
Sejarahnya karena masyarakat percaya bahwa pada bulan safar itu waktu diturunkannya bala'i bagi orang-orang tertentu, dan salah satu yang mampu menghindarkan kita dari bala'i adalah sedekah.
Ternyata kebudayaan di Indonesia begitu beraneka ragam ya π
Saya sedang meneliti tradisi sekitar saya seperti membaca mantra saat membuat wayang golek.
ReplyDeleteWow... biar bagus wayangnya atau gimana ya... tp emang unik.. kalau boleh tahu, itu di daerah mana ya?
DeleteSaya tinggal di Purbalingga. Kesenian daerah yang masih berkembang sampai saat ini adalah kesenian Ebeg atau kuda lumping. Kesenian ini merupakan rangkaian tarian dengan menggunakan replika kuda yang terbuat dari anyaman bambu, dengan ijuk sebagai surai kuda, dan dihias sedemikian rupa sehingga menarik dipandang mata. Momen yang paling ditunggu para penonton kesenian ini adalah saat para pemain ebeg mengalami kesurupan atau wuru.
ReplyDeleteLagu-lagu yang dinyanyikan dalam pergelaran kesenian Ebeg menceritakan tentang kehidupan masyarakat tradisional, nasihat hidup dan menceritakan tentang kesenian Ebeg itu sendiri. Lagu yang dinyanyikan dalam pertunjukan Ebeg hampir keseluruhan menggunakan bahasa Jawa Banyumasan atau biasa disebut Ngapak lengkap dengan logat khasnya.
Yuliani
FB: Yuliani, http://bit.ly/YulianiTjakep
IG: https://www.instagram.com/jullie_yuli
Blog: https://coretanjullieyuli.blogspot.com
Wiii... iya itu kuda lumping seru... saya selalu ngilu kalo pas liat mereka makan beling... rasanya pengen ngunyah bakwan deh π.. terima kasih mba Yuliani..
DeleteCukup komen beberapa kalimat saja...
ReplyDeleteπ pak de memang cerdasssss π
DeleteBoleh dishare dong isi bukunya..tentunya itu akan sangat membantu untuk kita2 yang mau berkunjung ke tempat yang pertama kali dikunjungi
ReplyDeleteDi blog tour ke 2 ya... 9-14 november 2018 π
DeleteMaasya Allah, semoga bukunya laris manis dan memberikan manfaat ya mbak. Sukses selalu
ReplyDeleteAamiin, Mbak Say...
Delete