Unfaedah Story, Awas Ada Aki.
Ini tulisan tanpa pesan moral, jangan baca jika tak ingin menyesal, hanya tulisan pendamping foto #pisanggoreng biar ga sepi sepi amat. Meriang membawa nikmat ternyata, setelah demam sejak kemaren sore, sang embeb tadi bikinin pisang goreng. Tadinya mau dipanggang, tabur keju, coklat dan susu. Tapi terlanjur dicemplung ke adonan tepung terigu, maka ini lah jadinya.
Win win solution, buat penggemar pisang goreng okeh, untuk penikmat pisang keju masuk, karena kita tidak pernah mempermasalahkan apa yang ada dihadapan kita untuk dimakan. Asalkan hallal, aman untuk badan dan tidak ada hak wajib orang lain didalamnya, Insya Allah akan kita nikmati dengan senang hati.
Ingat jaman pertama menikah, hampir tiap hari cemilan kita adalah pisang, sudah dikolak, dibuat cake, digoreng, direbus, sampai kita jemur dan jadi sale pisang. 🤔 Waktu itu kita ada di masa-masa sulit, sulit untuk berenti makan maksudnya 😅juga sulit dapat bahan baku makanan karena jauh kepasar dan kita tinggal benar-benar di tengah sawah. Mending kalau sawah milik sendiri hihi... dan kebetulan yangbsetiap hari lewat ke depan rumah adalah seorang kakek tua penjaja pisang.
Itu aki-aki jagonya luar biasa, entah ngerayu atau maksa, tapi dia selalu sukses menurunkan semua isi pikulannya di teras rumah. Awalnya kita kasihan lihat orang tua bawa pikulan segede gaban, dan teringat memang setiap sore banyak anak-anak yang sering main ke rumah, jadi ya kita borong itu sisa pisang si Aki.
Eh... lama-lama kok jadi kebiasaan dia maksa, dibilang ga punya uang dia bilang, "Keun we Neng iraha wae..." (red. "Biar aja Kapan aja...", bayarnya maksud dia). Malah pernah sewaktu dirumah tidak ada orang pun, itu si Aki gantung pisang di gagang pintu ruman. Keukeuh banget pokoknya.
Sempat saya bilang ke si Aki bahwa kami akan beli kalau kami butuh pisan, sayang jika tidak habis dan terbuang begitu saja. Tapi selalu saja ada jawaban jitu dari si Aki. Dia sering bilang juga, "Da moal buntutan dahar cau unggal poe oge!" (red. "Ga akan jadi berekor makan pisang tiap hari.")
Memang dia aki-aki yang luar biasa, cerdas tingkat dewa. Andai saya punya skill ngeles kayak si Aki lumayan kali ya, bisa jadi juara debat internasional. Tapi nggak ding, si Aki oge jadi tukang cau geuning.
Sudah lama si Aki ga pernah lewat lagi, kadang kangen sama ocehannya, mudah-mudahan si Aki sehat. Sekarang ada seorang pemuda penjaja posang juga yg sering keliling, tipe-tipe maksanya sama. Tapi belajar dari pengalaman, ogah ah ngeborong lagi, beli kalo lagi mau aja, kalo perlu nyuruh anak tetangga deh beli pisangnya ....
Comments
Post a Comment