Just Saying



Seperti menulis, saya tidak mempunyai waktu khusus untuk membaca karena membaca sekarang ini sudah menjadi bagian dari kewajiban, kapan pun dalam 1 hari pasti ada waktu untuk membaca (ehem... bakal serius nih kanyanya) . Didukung juga dengan hobi membaca Pak Suami yang luar biasa (koleksi kitabnya jauh lebih banyak dari pada koleksi buku bacaan saya).

Bukan saja kerena saya seorang guru, tapi juga untuk terus meng-upgrade diri jadi saya butuh membaca. Sekarang dengan adanya Gerakan Literasi sekolah yang mewajibkan semua siswa di sekolah membaca 15 menit sebelum pembelajaran, otomotis seluruh guru dan staff di sekolah pun diharuskan untuk ikut membaca. Hal ini dilaksanakan untuk membuat pola pembiasaan gemar membaca bagi seluruh warga sekolah.

Awalnya saya membaca karena hobi saja. Membaca itu adalah hobi sekaligus hiburan yang paling murah. Saya mulai suka membaca ketika saya mulai bisa membaca.

Dengan sumber bacaan sederhana yang paling mudah saya dapatkan saat itu (Buku si Petruk karya Tatang S, yang dibeli dari penjual mainan seharga 100 rupiah), sering kali saya membaca sambil berjalan sepulang sekolah. Sampai suatu hari seorang preman (kata orang sih preman, karena lengannya bertato) menegur saya dan beberapa orang teman untuk tidak membaca sambil berjalan, “Bahaya Neng!” begitu kata A Ijul.

Beberapa hari kemudian A ijul yang katanya preman mengajak saya dan teman-teman ke tempat nongkrongnya di pinggiran rel kereta Cibangkong, Gatsu, Bandung (dulu saya sekolah di SD Terang 2, sekarang SD KC, seberang TSM sekarang). Ternyata di tempat itu ada sebuah perpustakaan kecil, sebenarnya belum pantas disebut perpustakaan, hanya sebuah rak buku yang berisi banyak buku-buku yang sudah tidak terlalu bagus, mungkin karena itu buku-buku bekas. Banyak komik dan beberapa buku dan majalah di sana. Sampai kami dengar kabar A Ijul meninggal karena tertabrak kereta Api di daerah Kiaracondong (RIP A Ijul) tempat nongkrongnya pun tidak lagi menjadi tempat membaca anak-anak SD waktu itu.

Sejak SMP selalu ada buku cerita di tas saya, waktu itu musim komik Candy-candy (walau kadang tidak sempat dibaca) biasanya di waktu menunggu eskul atau jeda setelah bubar sekolah menuju pengayaan saya membaca. Bahkan dulu ketika di Gramedia Merdeka belum terlalu ketat, kita biasa sengaja datang hanya untuk membaca sambil duduk diantara lemari-lemari buku di toko. Jika buku belum tuntas dibaca, kami akan datang lagi keesokan harinya. Kebetulan sekolah saya tidak terlalu jauh dengan Jl. Merdeka.

Begitu juga ketika saya beranjak SMA, kegiatan “Membaca Gratisan” di Gramedia masih terus berjalan. Bersama beberapa sehabat, kami selalu menunggu terbitan baru serial Goosebumps. Sekarang sih katanya selalu diusir satpam ya kalau mau baca gratisan hehe...

Comments

Popular posts from this blog

Y Chart