HOMESCHOOLING, TREND ATAU KEBUTUHAN



Saya mulai tertarik mengamati tentang homeschooling sejak salah satu dari anggota keluarga besar kami memilih untuk tidak menyekolahkan  anak-anaknya di sekolah formal. 

Homeschooling sebenarnya bukan sesuatu hal yang baru. Banyak keluarga memutuskan untuk mendidik putra putrinya dirumah dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Biasanya keputusan  homeschooling diambil pada anak-anak yang memang membutuhkan waktu lebih banyak pada kegiatan selain kegiatan belajar di sekolah. Seperti para artis atau selebritis cilik dan remaja yang memang memutuskan untuk fokus pada karirnya, begitu juga para atlit muda yang produktif sehingga hampir seluruh waktunya digunakan untuk berlatih fisik atau persiapan kejuaraan. 

Homeschooling juga menjadi pilihan ketika orang tua menganggap sekolah tidak mampu mengatasi tekanan yang di alami anak-anaknya di sekolah seperti Bullying, deskriminasai akan keterbatasan kemampuan anak, atau pun tekanan lain yang mungkin terjadi pada anak selama bergaul di sekolah. 
Tidak jarang pula orangtua yang berpendapat bahwa kewajiban yang telah mereka bayarkan ke sekolah tidak sebanding dengan apa yang anak-anaknya dapatkan di sekolah, sehingga mereka lebih memilih homeschooling untuk anak-anaknya.

Faktor Ekonomi keluarga pun bisa menjadi salah satu dipilihnya homschooling sebagai jalan keluar. Ketika sebuah keluarga memiliki banyak anak usia sekolah sementara mereka pun tidak mempercayai sistem pendidikan dasar di sekolah-sekolah negeri, pilihan jatuh pada Homeschooling. Tentu saja dibutuhkan komitmen yang kuat dari orang tua untuk menjalankan sistim pendidikan dirumah ini.

Sebagai contoh sukses story yang sudah kita kenal, Keluarga Gen Halilintar yang selama ini menjadi fenomenal, mereka menerapkan Homeschooling pada ke sembilan anaknya. Aktifitas bepergian yang begitu sering dan menyita banyak waktu membuat pasangann Lenggogeni Faruk dan Halilintar Anovial Asmid mendidik langsung anak-anaknya. Komitmen yang kuat dan penyusunan rencana kegiatan rutin menjadi kunci utama keberhasilan keluarga ini dalam menerapkan homeschooling.

Dalam bukunya "Kesebelasan Gen Halilintar" mereka menuliskan tabel jadwal aktivitas sehari-hari yang mereka beri nama "24 hour GenH Schooling Schedule" dan mungkin bisa menjadi referensi atau panduan bagi keluarga yang ingin melaksanakan homeschooling. 

Tabel tersebut berisi sesi pengembangan diri,  kegiatan akademik, kegiatan rumah dan aktivitas di luar rumah,  yang pasti jadwal kegiatan beribadah dan istirahat pun tercantum diantara sesi-sesi belajar mereka. Tampak jelas pendidikan yang diterima anak-anak benar-benar  fullday education, 24/7 Education.
Di Indonesia, Homeschooling kerap disalah artikan oleh beberapa fihak. Homeschooling sering terkesan lebih exclusive dan hanya berlaku bagi kalangan menengah ke atas yang berduit, dengan mendatangkan tutor-tutor dari lembaga privat ternama dari lembaga swasta. Bahkan sejak maraknya homeschoolingbdi Indonesia, saat ini banyak sekali bermunculan lembaga-lembaga yang menawarkan jasa homescholling. Hal ini tentu saja menjadikan Homeschooling ini tidak beda dengan pendiidikan non-formal lainnya seperti kursus, lembaga bimbingan belajar atau les privat. 
Padahal dengan alasan-alasañyang telah dikemukakan diatas, homeschooling dapat dilakukan langsung oleh kedua orang tua d rumah, tentu saja dengan kesiapan yang penuh, dengan mengatur pola kegiatan belajar yang konsisten juga menerapkan pendekatan-pendekatan yang efektif dan sesuai bagi anak-anaknya.
Pada dasarnya, sebuah keluarga yang melaksanakan kegiatan home schooling secara mandiri atau homeschooling tunggal, mereka bisa menerapkan ajaran sesuai dengan apa yang hharapkan untuk dikuasai oleh anak-anaknya. Apakah akan lebih terfokus pada sisi religi, akademi atau bahkan ingin menciptakan anak-anak dengan jiwa enterpreneur.
Adapun homeschooling majemuk yang laksanakan oleh beberapa keluarga dengan konsep yang sama dan kegiatan-kegiatan yang mungkin direncanakan bersama, dapat memberikan penguatan kepada para orang tua dalam menjalankan program ini. Meskipun kegiatan laksanakan secara mandiri ditempat masing-masing, para orang tua berkesempatan untuk saling berbagi pengalaman tentang aktivitasnya.


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

LEGENDA, Asal Usul Telaga Warna