Cerita Serem


Onoy Bonoy, mungkin bukan nama sebenarnya, tapi itulah nama yang Arida kenal. Onoy adalah anak paling menakutkan di sepanjang gang kampung ini. Sarung yang menutup kepala adalah ciri khas Onoy, cita-citanya menjadi ninja diilhami oleh cerita orang tuanya tentang proses kelahirannya yang istimewa.

“Gue lahir ke dunia sendirian, tanpa ada dokter atau suster yang markirin. Dulu gue ga sabar pengen menghirup udara segar, jadi begitu emak gue mules-mules, ya gue lompat aja keluar setelah melihat ada setitik cahaya terang di depan sana.” Itu yang selalu Onoy ceritakan.

“Lu tau, kenapa gue selalu bawa sarung? Gue pengen banget jadi ninja? Itu karena gue dilahirkan di rumah sakit bershaolin... ha..ha..ha...” itu juga yang selalu Onoy katakan jika ada orang bertanya akan sarung ungu yang selalu ada di badannya.

Penampilan Onoy yang tinggi kurus, dengan rambut yang selalu kelimis dengan jambang dan kumis tipis memudahkan orang mengenalinya. Belum lagi wajahnya yang selalu tersenyum ramah setelah ia tertawa, tiga kali “Ha...” tapi kemudian mendadak berubah datar, selalu membuat orang sekitarnya gemas padanya.

Hanya Arida yang merasa Onoy itu sangat mengerikan. Bagaimana tidak, Onoy selalu mendadak dangdut dan puitis setiap kali berada dihadapan Arida.

“Arida, bahuku ini bukan untuk bersandar, tapi untuk kau tepuk ketika aku jadi imammu dan kamu jadi makmumku. By Onoy Bonoy with love.”

Selembar kertas hvs bertabur gambar hati, tertempel di papan pengumuman depan kantor RW menjadi viral pagi ini

“Arida, menjaga pandangan itu sulit, lebih sulit dari menjaga portal kampung, Temui aku di pos kamling seberang portal. Mungkin akan jadi kali terakhir aku memandangnu” Satu lembar tulisan lainnya terpasang di pohon tidak jauh dari papan pengumuman.

Demi menghentikan serangan sang pujangga bersarung, Arida akhirnya menyanggupi permintaan Onoy. Ia mencabut semua ketras yang tertempel di papan dan pohon sekitarnya. Dengan didampingi Yati, Arida dengan berat hati melangkah menuju pos seberang portal kampung.

“Hai, Arida tau ga? Saya itu kalo berbicara di depan umum harus pegang microphone . Ga bisa aja gitu kalo harus pegang tangan orang lain. Apalagi kalo tangan orang yang bukan muhrim.” Sapa Onoy tiba-tiba ketika Arida tiba di hadapannya. Tampak Onnoy memegang sebuah lobak yang ia cabut dari kebun yang ada di belakang pos.
           
“Ihh... Onoy apaan sih!” Arida nyengir melihat tingkah Onoy, ia melirik kanan kiri, berharap tidak ada orang yang ia kenal menyaksikan dirinya dan Yati menemui Onoy.
        
“Ayo sini duduk, Onoy sedang sedih.” Onoy memasang muka sedih, ia tertunduk di hadapan kedua gadis yang sebenarnya sudah menjadi temannya sejak balita.

“Onoy, kenapa?” Tanya Yati.
          
“Onoy sedang sedih, tapi Onoy tidak mau meratapi hidup yang unpredictable ini. Onoy kecewa, kemaren sepatu di Ramayana diskon, pas kesana lagi udah harga normal. Oh, Onoy sangat tidak beruntung.”
              
Yati dan Arida menahan tawanya. Jika dilihat, Onoy tidak terlalu jelek, bahkan kalau dia berkerudung sarung ada sedikit kemiripan dia dengan pangeran-pangeran dari Timur Tengah, atau minimal mirip refugee yang transit di kampung Arab, Puncak.
                
           “Ada apa Onoy panggil Arida kesini?” tanya Arida


Ketuk pentungan tukang cuanki,
Pukulan mangkok tukang baso,
Bunyi uap tukang kue putu,
lalu bagaimana aku tandakan hadirku?

Apa kau tahu bahwa aku lewat depan rumahmu?
Menjajakan sesuatu yang barangkali kau mau
Tanpa aku yang memanggilmu, adakah kau yang memanggilku?
"Mang.... Beliiii."

Tahu bulat, bapeda, es jelly,
Lumpia basah, capcin, seblak
Mana sukamu?


Apabila aku jadi tukang seblak
Aku kan berhenti demi kamu
Barangkali kamu lebih suka kupeluk
daripada kerupuk
             
Onoy sekonyong-konyong berpuisi untuk mengungkapkan isi hatinya pada Arida. Yati hampir saja terbahak, sedangkan Arida bergidik mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya.

Rasanya hati ingin berteriak “Tidaaaak! Hentikaaaan, Onoy!” Hanya saja Arida tidak ingin membuat orang-orang yang lewat mengira ia sedang berlatih adegan Ani dan Rhoma.

“Onoy, Arida ga mau sama kamu, dia geli sama gaya kamu yang kemana-mana sarungan mulu.” Yati mencoba mengakhiri percakapan mereka dengan mengungkapkan perasaan Arida sebenarnya.

“Kenapa? Sarung ini melindungi diriku dari nyamuk kebon. Terkadang aku menggunakan sarungnya ketika sedang meriang. Pahala juga mengalir dari yang menggunakan sarungku untuk beribadah. Terima kasih Wadimor atas karya nyata plus kearifan lokal yang syahdu. Kamu mau pinjem sarung aku, Arida?”

Arida semakin merinding mendengar apa yang dikatakan temannya ini. ia menarik Yati untuk menjauh dari pos kamling. Onoy mengulurkan tangan dengan wajah memelas.

“Jangan pergi dong, Arida!”

“Maaf, Onoy, sudah sore. Kita harus pulang, dah Onoy.” Arida dan Yati mempercepat langkahnya.

“Hey, Arida, tau ga hantu apa yang jomlo?” teriak Onoy.

“Ga, tau, hantu kamu kali.” Arida menjawab dengan balik berteriak.

“Kunti! Kunti Aji, Terlaluu lama sendiri. Kaya aku ini.” Jawab Onoy pelan dan membenamkan kepalanya di balik sarung.

*****

Inspired by IG-nya Onoy bonoy 😁✌




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Y Chart