DONGENG SEBELUM TIDUR : AUMAN LEON



Sejak kedatangan Leon, suasana di kebun binatang kota semakin ramai. Leon adalah seekor singa jantan muda yang gagah, lincah dan pandai menghibur.  Ia memiliki surai yang sangat lebat menjuntai indah. Auman Leon pun sangat keras dan menggelegar melebihi auman singa muda lainnya yang ada di kandang.

Kerena Leon memiliki sifat yang ramah  dan menyenangkan, dalam sekejap Leon menjadi hewan paling terkenal di seluruh kebun binatang. Setiap hewan  menyukai Leon, pengunjung kebun binatang pun selalu memuji setiap penampilan dan atraksi yang ia lakukan.

Atraksi yang paling disukai para pengunjung adalah gulat. Leon dan kawan-kawannya sering bercanda dan berpura-pura sedang bergulat, kemudian meraka melompat ke bagian depan kandang dan mengaum dengan keras. Aksi para singa ini selalu mendapat tepuk tangan riuh dan sorak sorai para pengunjung kandang singa. Leon sangat bangga akan suaranya yang menggelegar.

Setiap hari penggemar Leon semakin bertambah, mereka sering memberi makanan pada Leon sebagai hadiah dari semua aksi-aksinya. Leon mulai berubah, ia menjadi serakah dan tidak mau membagi  makanan dengan teman-teman satu kandangnya. Ia merasa semua makanan yang ia dapatkan adalah hasil jerih payahnya. Leon menyimpan semua makanan di sudut tempat ia biasa tidur dan ia akan menjadi sangat marah jika ada temannya mendekat untuk meminta makanannya.

“Leon, tidak kah kamu mau berbagi dengan kami?” tanya Sigi salah satu teman sekandan Leon.

“Kenapa aku harus berbagi dengan kalian? Kalian kan bisa melihat sendiri, para pengunjung memberi makanan-makanan ini karena mereka menyukai aku, bukan kalian.” jawab Leon.

“Tapi lihatlah, makanan sebanyak ini akan busuk jika tidak cepat dihabiskan,apakah kamu sanggup menghabiska sendiri?” Gori teman Leon yang lain ikut mengingatkannya.

“AAARRRRGGGHH...!!!” Leon mengaum keras, ia marah mendengar ucapan kawan-kawannya. Sigi dan Gori mundur menjauh, meraka tidak lagi meneruskan pembicaraannya dengan Leon.

Hari berikutnya, Leon tidak mau lagi berbicara dengan kedua temannya. Ia hanya duduk di sekitar tumpukan makanan yang mulai di kerubungi lalat. Bahkan Leon pun enggan untuk dimandikan oleh petugas perawatan hewan. Ia  khawatir jika ia meninggalkan makanan itu ketika mandi, Sigi dan Gori akan mencuri makanannya.

Leon, Sigi dan Gori sudah tidak pernah main bersama lagi, pengunjungkebun binatang pun mulai kecewa karena tidak bisa melihat aksi ketiga singa itu.  Kadang hanya Sigi dan Gori yang bermain berdua, bergulat dan berlompat-lompat di kandang, pengunjung kebun bunatang masih menyukai atraksi tersebut. Sedangkan Leon, ia hanya mengaum keras tanpa mau meninggalkan tempatnya, hal ini tampak menyeramkan dan pengunjung pun mulai tidak menyukai Leon.

“Hai, Leon, Kamu tampak kumal sekali! Badanmu bau!” terdengar suara dari arah atas. Rupanya Momon si monyet tang tinggal di kandang sebelah yang berbicara.

“Aaargh...!” Leon menggeram pelan ke arah Momon. Sesekali ekor Leon mengibas, mengusir lalat yang ada di sekitarnya.

“Lihat saja badanmu Leon, suraimu tampak lusuh, bulumu tidak lagi mengkilat, kamu pun sudah mulai dirubung lalat. Aku heran kenapa kamu bisa nyaman diam di tempat seperti itu!” ucap Momon sambil bergelayut di cabang pohon yang menjutai di atas kandang Leon.

“Aaargh...!” geraman Leon mulai mengeras, sepertinya ia mulai marah dengan apa yang dikatakan Momon.

Leon berdiri dan mengaum keras ke arah Momon, “AAARRGH... Diamlah kamu Monyet!”. Leon melompat hendak menerkam Momon, untung saja terali besi kandang singa sangat kuat jadi tidak terjadi apa-apa pada Momon. Momon melompat meninggalkan Leon yang sedang terengah-engah karena marah.

Leon merasa haus dan berjalanmenuju bak air minum di sudut kandang sambil sesekali ia menoleh ke arah teman-temannya dengan curiga, ia masih menduga Sigi dan Gori akan mencuri makanannya.

Sesampainya di bak air minum, Leon merasa terkejut. Ia melihat bayangan seekor singa yang jelek, surainya lusuh, dan badannya kotor. Ia melirik pada kedua teman yang sedang memperhatikannya. Bayangan singa di air itu sangat berbeda dengan kedua temannya. Leon minum dan bayangan singa di air itu pun pudar.

Leon kembali berjalan ke tempatnya, ia berfikir bahwa yang di katakan Momon semua benar. Badannya tidak sedap dipandang, apalagi aroma tubuhnya, pantas saja para pengunjung kebun binatang tidak lagi menyukainya. Sebenarnya kedua temannya sudah merasa tidak nyaman dengan keadaan kandang yang mulai berbau busuk karena makanan yang sudah bertumpuk berhari-hari. Tapi meraka tidak berani untuk bicara pada Leon karena Leon selalu marah danmengancam akan menggigit mereka jika mendekati makanannya. Bakhan petugas perawatan pun enggan mendekati Leon yang selalu mengaum keras seperti akan menyerang.

“Si Monyet benar, bagaimana pengunjung akan menyukaiku lagi jika penampilanku seperti ini.” Leon bergumam dalam hati. “Baiklah akan ku habiskan dulu semua makanan ini, petugas akan membersikan kandang dan badanku besok.” lanjut Leon yang mulai memakan semua sisa makanan yang ada.

Usai makan Leon pun tertidur karena kekenyangan, semua makanan ia santap tak bersisa walau pun makanan tersebut sudah tidak segar.  Sigi dan Gori melihat dengan khawatir, meraka takut temannya akan sakit.

Keesokan paginya Leon terbangun karena mendengar kedua temannya sedang bermain. Leon membuka mata, ia berdiri dan hendak bergabung dengan Sigi dan Gori. Namun badannya begitu lemas, ia kembali terduduk, suaranya pun menghilang saat ia akan memanggil Sigi dan Gori. Leon kebingungan, semakin dia akan memanggil temannya,badannya semakin lemas. Ia menahan sakit di perutnya dan terlalu banyak tenaga yang ia pakai untuk memanggil temannya. Ia mencoba berdiri tapi baru saja sebentar ia sudah ambruk. Leon gemetar dan tidak bertenaga, ia  hanya sanggup berbaring,  mengibaskan ekornya dan mengetuk-ketuk lantai dengan salah satu kakinya. Dan yang paling ia takutkan adalah suara aumnya akan hilang selamanya.

“Sigi, lihat! Leon kenapa?” Gori berhenti bermain dan menunjuk ke arah Leon.

“Sepertinya dia sakit, Gori!” Sigi berlari diikuti oleh Gori. Sementara Momon pun melihat dari atas kandang singa dan bertanya, “Hai singa, ada apa disitu?.”

Leon tampak kesakitan,ia membuka mulutnya, tapi tidak ada suara terdengar, suaranya hilang. Momon dan kedua temannya membuat suara-suara keras, maksudnya untuk menarik perhatian bapak penjaga kandang. Meraka berhasil membuat beberapa penjaga kandang datang. Melihat kondisi Leon yang terbaring lemas dengan badan yang kotor, para penjaga membawa Leon ke klinik kebun binatang untuk diperiksa.

 “Singa itu keracunan makanan busuk, suaranya hilang, badannya lemah, entah kapan akan balik ke kandang lagi.” Terdengar dua orang penjaga kandang sedang bercakap-cakap sambil membersihkan kandang. Meraka kemudian memasang tanda “Dilarang Memberi Makan Hewan” di luar kandang singa.  Sigi dan Gori mulai khawatir akan keadaan temannya. Begitu juga Momon yang bisa bercanda dengan Leon dari balik kandangnya.

Dua hari berlalu, seorang penjaga masuk dan membawa Leon ke kandang. Leon tampak segar walau terlihat sedikit kurus, surai dan bulunya sudah tampak kembali mengkilat seperti semula. Leon tersenyum dan mengaum pelan memanggil kawan-kawannya.

Sigi dan Gori menoleh ke arah Leon, mereka gembira karena temannya sudah kembali sehat. Setelah penjaga keluar kandang, Sigi dan Gori berlari meghampiri Leon.

“Maafkan aku ya teman-teman, selama ini aku sudah tamak, dan ketamakanku itu membuat aku sakit. Aku sudah menjadi egois dan sangat rakus. Hal itu merugikanku dan membuat kalian jadi tidak nyaman, aku hampir saja kehilangan sehabat-sehabat terbaikku.” ungkap Leon meminta maaf pada teman-temannya.

“Haaa... Leon sudah sembuh, senang melihatmu lagi, teman!” seru Momon dari atas kandang singa.

“Ya, Momon, berkat kamu juga. Terima kasih ya dan maafkan aku hampir menerkam kamu.”

“Ya... ya... untung saja aku pandai melompat... hahaha...!” jawab Momon sambil melompat-lompat. Mereka tertawa bersama. Sigi, Gori dan Leon kembali bermain gulat, Momon menyemangati dari atas kandang.  Pengunjung kebun binatang mulai kembali berkumpul melihat aksi ketiga singa muda yang sedang bermain.

Comments

  1. Ini cerita anak kah mba ?
    Kalau iya, mungkin bahasanya bisa disederhanakan ..

    Maaf kalau masukan saya kurang berkenan

    ReplyDelete
  2. Hihi... iya memang... dan kepanjangan untuk cerita anak... biar jd dongeng sebelum bobo emak2 aja deh... emak jg butuh dongeng 😉👍

    Makasih mbak...

    ReplyDelete
  3. Ini untuk d pakai di SMP sebetulnya 😊

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Y Chart